Jumaat, 18 April 2014

Mengingkari Bid’ah

Ketegasan Para Ulama Dalam Mengingkari Bid’ah

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “tidaklah datang kepada manusia suatu tahun kecuali mereka mengada-adakan bid’ah padanya dan mematikan sunnah. Sehingga merajalela lah bid’ah dan matilah sunnah-sunnah” (lihat al-I’tisham, 1/39).
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “barangsiapa yang mencintai pembela bid’ah maka Allah akan menghapuskan amalnya dan Allah akan mencabut cahaya Islam dari dalam hatinya” (lihat Min A’lam as-Salaf, 2/47)
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah juga berkata, “barangsiapa yang mendukung pembela bid’ah sesungguhnya dia telah membantu untuk menghancurkan agama Islam.” (lihat Min A’lam as-Salaf, 2/47)
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata, “hendaknya kamu tetap berpegang dengan atsar dan jalan kaum salaf, dan jauhilah olehmu segala ajaran yang diada-adakan, karena itu adalah bid’ah” (lihat Fashlu al-Maqal fi Wujub Ittiba’ as-Salaf al-Kiram, hal. 46).
Imam Abul Qasim At-Taimi rahimahullah berkata, “syi’ar Ahlus Sunnah adalah komitmen mereka untuk ittiba’ kepada salafus shalih dan meninggalkan segala ajaran yang bid’ah dan diada-adakan” (lihat Fashlu al-Maqal fi Wujub Ittiba’ as-Salaf al-Kiram, hal. 49)
Ibnul Majisyun berkata: Aku pernah mendengar Malik berkata, “barangsiapa yang mengada-adakan di dalam Islam suatu bid’ah yang dia anggap baik (baca: bid’ah hasanah), maka sesungguhnya dia telah menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhianati risalah. Sebab Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian”. Apa-apa yang pada hari itu bukan termasuk ajaran agama, maka hari ini hal itu juga bukan termasuk agama” (lihat al-I’tisham, 1/64-65)
Abu Idris al-Khaulani rahimahullah berkata, “sungguh apabila aku melihat api di dalam masjid yang tidak sanggup aku padamkan itu lebih aku sukai daripada melihat di dalamnya bid’ah yang aku tidak sanggup mengubahnya” (lihat Mukhtashar al-I’tisham, hal. 25).
Ayyub as-Sakhtiyani rahimahullah berkata, “tidaklah pelaku bid’ah menambah kesungguh-sungguhan kecuali dia akan semakin bertambah jauh dari Allah.” (lihat Mukhtashar al-I’tisham, hal. 33).
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “semua orang yang mengada-adakan sesuatu yang baru lalu dia sandarkan kepada agama padahal tidak ada dasar rujukannya di dalam agama maka itu adalah kesesatan, dan agama berlepas diri darinya. Sama saja apakah hal itu terjadi dalam masalah keyakinan/akidah ataupun amalan, atau dalam hal ucapan lahir maupun batin.” (lihat al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, hal. 26).
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu’anhuma berkata, “semua bid’ah itu sesat walaupun oang-orang menganggapnya sebagai kebaikan/hasanah” (lihat al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, hal. 27).
Suatu ketika Sa’id bin al-Musayyab rahimahullah melihat ada seorang lelaki melakukan sholat setelah terbitnya fajar lebih dari dua raka’at dan dia memperbanyak padanya ruku’ dan sujud. Maka Sa’id pun melarangnya. Orang itu pun berkata, “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan mengazabku karena melakukan sholat?”. Beliau menjawab, “Tidak, akan tetapi Allah akan mengazabmu karena menyimpang dari as-Sunnah/tuntunan” (lihat al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, hal. 27).
Penulis: Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id

Tiada ulasan:

Catat Ulasan